Kamis, 20 Maret 2008

Tinjauan Psikoanalisa Novel Supernova"

Supernova dari segi Psikoanalisa

Oleh : R.A. Hartyanto


  1. Eros” dan “Thanotos”/ naluri kehidupan dan naluri kematian dalam tokoh Ferre.

Naluri kehidupan di sini menurut Freud meliputi kecondongan untuk mempertahankan Ego ( the conservation of the individual ) maupun kecondongan untuk melangsungkan jenis (the conservation of the species), baik libido narsisistis maupun libido berobyek.

Dalam hal ini, tokoh Ferre tidak luput dari naluri tersebut. Ferre kecil untuk pertama kalinya menangis bukan karena jatuh dari sepeda atau pohon jambu, bukan karena digigit anjing atau semut rangrang, tapi Ferre kecil menangis karena ketidakadilan sebuah cerita tentang ketulusan Ksatria yang hanya dihargai dengan aurora. Mengingat Ferre adalah seorang laki-laki dan ia menyadari “kelaki-lakiannya” maka Ferre menempatkan diri sebagai bentuk pemberontakan batin dari seorang Ksatria. Ia ingin Putri itu menyadari bahwa sang Ksatrialah yang terbaik, yang telah keluar dari kastilnya yang nyaman demi bisa terbang, yang mau mempertaruhkan nyawa sekedar untuk bertemu. Hal ini dapat dilihat pada halaman 29 ;

Malam itu ia pun berkeluh kesah pada neneknya, berceloteh mengenai ketidakadilan cerita itu. Bagaimana mungkin ketulusan Ksatria dihargai hanya dengan aurora. Memangnya aurora itu apa ? sebagus apa pula dia ?”

Selain itu juga pada halaman 30 ;

Saya ingin jadi … Ksatria,” ia menjawab pelan. Dan masih betapa jauhnya ia dari cita-cita itu.

Ferre dalam hal ini segera melakukan pengikatan (binding), artinya mengadakan kesatuan yang semakin erat dan karena itu semakin mantap.

Naluri kematian bertujuan untuk menghancurkan dan menceraikan apa yang sudah ada, dapat dilihat saat Ferre tiba pada titik Bifurkasi, saat Ferre meminta Rana bercerai dari suaminya (halaman 153) ;

[‘Aku ingin kau bercerai’]

Maka sebenarnya ketika itu juga Ferre sudah tidak bisa menerima apa yang ada, tentang status Rana yang dicintai suaminya dan Rana yang ia cintai.


  1. Id, Ego dan Superego dalam pembentukan tokoh Rana kecil-dewasa.

Ada keinginan-keinginan yang direpresi oleh Rana yang sebenarnya adalah pengembangan Id dari dirinya sendiri, seperti pada halaman 31 :

Rana tak menceritakan bagian dimana ia benar-benar mabuk cinta . Mabuk akan imaji cinta yang terwujud dalam bahtera rumah tangga; pasangan muda, rumah milik bersama di real estate baru, kredit mobil ditanggung berdua, mendorong kereta belanja sambil bergandengan tangan di supermarket, berdebat soal deterjen merek apa, mie instant apa dan sambal botol keluaran pabrik mana.”

Namun Ego sendiri yang terbentuk dengan diferensiasi dari Id karena kontaknya dengan dunia luar menguatkan Rana bahwa ia telah mengingkari keinginan-keinginannya sendiri sebagai akibat dari apa yang ada di sekitarnya. Dan memang kenyataannya, apa yang dia jalani tidak seperti apa yang dia bayangkan dulu.

Instansi yang ketiga, Superego, dibentuk melalui jalan internalisasi, artinya larangan-larangan atau perintah-perintah yang berasal dari luar. Aktivitas Superego menyatakan diri dalam konflik dengan Ego yang dirasakan dalam emosi-emosi seperti rasa bersalah, rasa menyesal dan lain sebagainya.

Ini terjadi pada Rana remaja (halaman 38);

Mengapa ia harus bisa menari Bali? Mengapa ia harus ikut klub renang dengan ayahnya yang sering ikut berdiri di pinggir kolam, berteriak-teriak sambil memegang stopwatch ? mengapa nilai pelajaran eksaknya harus diatas tujuh sementara ia tidak dapat pujian apa-apa kalau Bahasa Indonesia dapa nilai sembilan ?...dst”

Jadi dengan bukti-bukti tersebut, dapat dilihat bahwa Id, Ego dan Superego memiliki peranan tersendiri dalam proses pembentukan diri tokoh Rana dalam novel Supernova tersebut.

Tidak ada komentar: