Kamis, 20 Maret 2008

"Troy" dan Perempuan-Perempuan di Dalamnya

TROY” dan Perempuan-Perempuan di Dalamnya

Oleh : R. A. Hartyanto


Banyak hal yang bisa dibicarakan dalam film “TROY”, mulai dari cinta, kasih sayang, pengorbanan, keserakahan, kebrutalan dan lain-lain. Namun sebenarnya ada satu hal menarik yang perlu sedikit diperhatikan dalam film ini, yaitu mengenai keberadaan sosok perempuan yang jika tidak diperhatikan sejak awal seakan-akan hanya sebagai peran pendukung bagi berlangsungnya konflik dalam cerita.

Dalam kisahnya, secara tidak langsung sang penulis cerita sebenarnya mencoba untuk mengangkat harkat perempuan sekaligus menyelamatkannya dari tindasan kaum pria. Hal ini dapat dilihat pada akhir cerita, dimana hampir semua tokoh perempuan pada akhirnya terselamatkan. Justru banyak tokoh pria seperti Achilles, Hector, Aeggemon, dll yang bisa dikatakan sebagai tokoh utama justru dimatikan pada akhir cerita.

Beberapa pengaruh tokoh perempuan dalam “TROY” diantaranya :

  1. Helena

Istri Manellaous ini bahkan bisa dikatakan sebagai pencipta konflik dalam cerita, sebab pertemuannya dengan pangeran Paris dari Troya telah membawa mereka dalam percintaan. Helena pergi meninggalkan Mannellous (suaminya) untuk bisa memadu kasih dengan pangeran Paris. Kecantikan dan keramahan Helena juga telah meluluhkan hati Pangeran Paris sehingga mampu membuat Paris tidak berpikir panjang dengan memutuskan membawa Helena ke Troya meskipun ia tahu bahwa hal itu akan memantik perselisihan dengan Mannellous.

Pada percakapan antara Helena dan Hector (saudara pangeran Paris) ;


Banyak wanita Troya yang mengejar Paris namun dia justru menjatuhkan pilihannya padamu”


Kata-kata yang dilontarkan Hector pada Helena tersebut menunjukkan betapa berartinya perempuan bernama Helena dimata Paris.

Kecantikan dan kelembutan itulah yang menjadi kekuatan dalam diri perempuan seperti Helena, yang bisa mendamaikan hati seseorang juga menghancurkan kedamaian banyak orang.

  1. Ibunda Achilles

Achilles sebenarnya tidak memiliki sangkut paut dengan permasalahan dibawanya Helena ke Troya, seandainya Achilles tetap acuh terhadap keadaan negaranya, mungkin jalan cerita tidak akan seindah seperti yang disajikan. Namun disini dihadirkan sosok Ibu bagi Achilles yang mampu mengobarkan semangat berperangnya meskipun peperangannya dengan kaum Troya semata-mata hanya untuk mendapatkan keabadian. Keabadian ini bukan berarti hidup selama-lamanya namun lebih dalam artian keabadian namanya yang akan selalu dikenang sejarah jika memenangkan peperangan dengan kaum Troya.

  1. Briseis

Perempuan pengikut dan pemuja dewa Apollo ini juga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap cerita. Briseis sebagai perempuan tidak hanya menggambarkan perempuan dari segi kekuatannya saja tetapi juga dari kelemahannya. Keputusan Briseis untuk menjadi pengikut Dewa Apollo telah membuat banyak pemuda Troya patah hati, sebab sejak itu Briseis tidak bisa disentuh oleh seorang pria. Bahkan Briseis mampu meluluhkan hati pria kuat seperti Achilles, meskipun disamping juga keinginan Achilles untuk menghina dewa Apollo dengan meniduri pengikutnya. Achilles juga mati pada akhir cerita karena ingin melindungi dan menyelamatkan Briseis. Ini menunjukkan kekuatan seorang perempuan, seperti yang telah terjadi pada Helena.

Kelemahannya adalah ketidakmampuan Briseis untuk mempertahankan pengabdiannya pada Apollo, dalam hal ini akhirnya Briseis jatuh hati pada Achilles yang kuat dan tampan, bahkan jika dilihat pada salah satu adegan mesranya bersama Achilles, tampak sekali kesan Briseis yang sebenarnya mengawali persetubuhan antara keduanya. Di masa itu, perempuan yang mengacungkan belati seraya duduk menyilangkan kaki menindih tubuh pria yang sedang tidur bukanlah berarti ancaman bagi si pria namun adalah merupakan isyarat keinginan seorang perempuan untuk bisa menggugah hasrat seorang pria untuk memulai percintaan dan persetubuhan. Sebab pada masa itu, seorang pria tidak menyukai perempuan karena pujian-pujian, kata-kata indah dan rayuan-rayuannya, namun karena kekerasan dan keliaran perempuan diatas tempat tidur (sarkasm seks).

  1. Istri Hector

Suatu perlambangan yang sudah biasa bagi seorang perempuan, yaitu hanya bisa menangis dan meratapi keadaan. Hal ini terlukis dalam diri istri Hector. Sebagai istri seorang pangeran serta istri seorang prajurit perang, ia hanya hidup dalam kecemasan dan pengharapan. Semua kekuatan yang dimilikinya sebagai seorang perempuan termasuk telah melahirkan keturunan bagi suaminya masih kalah oleh pengabdian Hector kepada negerinya. Ini dapat dilihat ketika berulang kali ia membujuk Hector untuk tidak pergi bertempur dengan Achilles, namun akhirnya bujukan itu tidak dihiraukan oleh Hector sebab akhirnya Hector pergi bertempur dan mati ditangan Achilles. Sang istri pun hanya bisa menangisi keadaan itu. Inilah kelemahan wanita yang ditunjukkan.


Dari semua hal diatas jelas sekali peran seorang perempuan yang coba ditampilkan oleh sang penulis cerita film, yaitu berupa kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri perempuan. Selain itu dapat dilihat juga pada pandangan-pandangan dari tokoh pria sendiri mengenai perempuan. Dalam hal ini contoh yang tepat adalah Aeggenamon ( tokoh pria yang tidak memiliki ikatan dengan perempuan). Aeggenamon pernah berkata ;


perdamaian hanya untuk wanita dan orang-orang lemah”


Ia juga tidak sedikitpun memiliki hasrat kepada seorang perempuan. Terbukti ketika perselisihannya dengan Achilles, dia menggunakan Briseis sebagai tameng namun pada akhirnya dia memberikan perempuan itu pada prajurit-prajuritnya yang haus kesenangan sebelum akhirnya Briseis diselamatkan oleh Achilles.

Tidak ada komentar: