Kamis, 20 Maret 2008

Tindak Tutur Film "Berbagi Suami"

Analisis Tindak Tutur pada Dialog Film “Berbagi Suami”

Karya Nia Dinata

oleh : R.A. Hartyanto

A. Pendahuluan

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Setiap bahasa digunakan sebagai alat komunikasi. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang kepada orang lain, atau dari pembaca kepada pendengar, dan dari penulis ke pembaca, manusia berinteraksi menyampaikan informasi kepada sesamanya. Selain itu, orang dapat mengemukakan ide-idenya, baik secara lisan maupun secara tulis/gambar.

Dilihat dari sudut penutur, maka bahasa itu berfungsi personal atau pribadi (menyebutnya fungsi emotif). Maksudnya, sipenutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini pihak si pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedih, marah atau gembira (Chaer, 2004 : 15)

Dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara, maka bahasa itu berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya membuat pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan sesuai dengan yang dimaui si pembicara. Hal ini dapat dilakukan si penutur denan menggunakan kalimat-kalimat yang menyatakan perintah, himbauan, permintaan, maupun rayuan (Chaer, 2004 : 15-16).

Jika dikaitkan antara penutur dan lawan bicara akan terbentuk suatu tindak tutur dan peristiwa tutur. Peristiwa tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut merupakan isi pembicaraan.

Berkaitan dengan tindak tutur, pada penelitian ini akan dianalisis tindak tutur pada dialog film. Judul pada penelitian ini adalah “Analisis Tindak Tutur pada Dialog Film Berbagi Suami Karya Nia Dinata”. Kami memilih judul ini, karena menurut kami, judul ini menarik untuk diteliti dan belum pernah diteliti. Instrument penelitian pada penelitian ini mengacu pada teori tindak tutur menurut J.L. Austin yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

Adapun rumusan permasalahan penelitian ini adalah untuk mengetahui ; (1) Bagaimanakah tindak tutur lokusi dalam film “Berbagi Suami” karya Nia Dinata ? (2) Bagaimanakah tindak tutur ilokusi dalam film “Berbagi Suami” karya Nia Dinata ? (3) Bagaimanakah tindak tutur perlokusi dalam film “Berbagi Suami” karya Nia Dinata ?

Penelitian ini memiliki dua tujuan yakni tujuan umum dan khusus, adapun tujuan umumnya adalah untuk mendeskrisikan tindak tutur pada dialog film “Berbagi Suami” karya Nia Dinata. Sedangkan tujuan khususnya antara lain ; (1) Mendeskripsikan bentuk tindak tutur lokusi dalam dialog film “Berbagi Suami” Karya Nia Dinata. (2) Mendeskripsikan bentuk tindak tutur ilokusi dalam dialog film “Berbagi Suami” Karya Nia Dinata. (3) Mendeskripsikan bentuk tindak tutur perlokusi dalam dialog film “Berbagi Suami” Karya Nia Dinata.

Dari diadakannya penelitian ini juga akan diperoleh beberapa manfaat, manfaat teoritis misalnya yakni dapat memberikan pengetahuan bahasa tentang tindak tutur pada dialog film serta dapat memberikan pemahaman yang mendalam terhadap kajian ilmu bahasa tindak tutur di Indonesia. Selain dari manfaat teoritis tersebut juga akan memperoleh manfaat praktis yakni memberikan sumbangan terhadap penelitian berikutnya dan dapat dijadikan pemicu bagi peneliti lainnya untuk bersikap kritis dan kreatif dalam menyikapi perkembangan tindak bahasa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan deskriptif kualitatif, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang didapatkan berupa deskripsi tentang tindak tutur dalam dialog film “Berbagi Suami” karya Nia Dinata. Adapun sumber penelitian ini adalah berasal dari dialog film “Berbagi Suami” karya Nia Dinata.

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa langkah, yakni ; (a) Peneliti mencari CD film “Berbagi Suami” karya Nia Dinata, (b) peneliti menonton film berbagi suami karya Nia Dinata, (c) peneliti memilih tindak tutur yang ada dalam film, (d) peneliti menganalisis data untuk mengetahui tindak tutur berdasarkan teori tindak tutur (lokusi, ilokusi, perlokusi), (e) data yang dipilih dikumpulkan dan dikelompokkan berdasarkanmasalah yang ditetapkan. Pada saat penganalisisan data, dilakukan dengan penyeleksian data, pengklasifikasian data, serta pengkodean data.

B. Tindak Tutur

  1. Pengertian tindak tutur

Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatic yang melibatkan pembicara, pendengar atau penulis pembaca serta yang dibicarakan. Dalam penerapannya tindak tutur digunakan oleh beberapa disiplin ilmu. Seorang kritikus sastra mempertimbangkan teori tindak tutur untuk menjelaskan teks yang halus (sulit) atau untuk memahami alam gnre (jenis) sastra, para antropolog akan berkepentingan dengan teori tindak tutur ini dapat mempertimbangkan mantra magis dan ritual, para filosof melihat juga adanya aplikasi potensial diantara berbagai hal, status pernyataan etis, sedangkan linguis (ahli bahasa) melihat gagasan teori tindak tutur sebagai teori yang dapat diterapkan pada berbagai masalah di dalam kalimat (sintaksis), semantic, pemelajar bahasa kedua, dan yang lainnya. Di dalam linguistic pragmatic tindak tutur tetap merupakan praduga dengan implikatur khusus. (Setiawan, 2005 : 16)

Menurut Chaer (2004 : 16) tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsugannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya.

  1. Konsep-konsep tindak tutur.

Konsep adalah penyebaran teori. Teori tindak tutur lebih dijabarkan oleh para lingusitik diantaranya Searle (Dalam Wijana, 1996 : 17) menyatakan bahwa secara pragmatis, setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur dalam melakukan tindak tutur yakni tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi.(Setiawan, 2005 : 17)

J.L Austin (Dalam Tarigan, 1994 : 109) dalam bukunya yang berjudul “How to do things with words” telah membedakan tiga jenis tindak tutr, yaitu : (1) tindak lokusi (melakukan tindakan untuk menyatakan sesuatu), (2) tindak ilokusi (melakukan suatu tindakan dalam menyatakan sesuatu), (3) tindak perlokusi (melakukan sesuatu tindakan dengan mengatakan sesuatu).

Untuk lebih jelasnya tentang ketiga teori tindak tutur tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

  1. Tindak Lokusi

Wijana (Dalam Setiawan, 2005 : 18-19) menyatakan bahwa tindak lokusi adalah tindak tutur untuk meyatakan sesuatu. Tindak tutur ini disebut The Act of Saying Something. Konsep lokusi adalah konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat. Kalimat atau tuturan dalam hal ini dipandang sebagai suatu satuan yang terdiri atas dua unsur, yakni subjek atau topik dan predikat atau comment yang relative paling mudah untuk diidentfikasikan karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks tertuturnya tercakup dalam situasi tutur.

Sehubungan dengan tindak lokusi, Leech (dalam Setiawan, 2005 : 19) memberikan rumus tindak lokusi. Bahwa tindak tutur lokusi berarti penutur menuturkan kepada mitra tutur bahwa kata-kata yang diucapkan dengan suatu makna dan acuan tertentu.

Dari batasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tindak lokusi hanya berupa tindakan menyatakan sesuatu dalam arti yang sebenarnya tanpa disertai unsur nilai dan efek terhadap mitra tuturnya. Berdasarkan hal ini maka tindak lokusi terbagi menjadi tiga tipe, yaitu :

    1. Naratif

Naratif dapat diartikan sebagai bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu keadaan waktu. Naratif adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca atau mitra tutur suatu peristiwa yang telah terjadi . naratif hanya berusaha menjawab suatu pertanyaan “Apa yang telah terjadi?” (Keraf dalam Setiawan, 2005 : 20)

    1. Deskriptif

Keraf ( Dalam Setiawan, 2005 : 20) mendefinisikan deskriptif sebagai suatu bentuk wacana yang bertalian dengan usaha perincian dari obyek-obyeknya yang direncanakan, penutur memudahkan pesan-pesannya, memindahkan hasil pengamatan dan perasaan kepada mitra tutur, penutur menyampaian sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada obyek tertentu.

    1. Informatif

Kridalaksana (dalam Setiawan, 2005 : 21) mendefinisikan informative sebagai bentuk wacana yang mengandung makna yang sedemikian rupa sehingga pendengar atau mitra tutur menangkap amanat yang hendak disampaikan.

Tindak informative selalu berhubungan dengan makna referensi yaitu makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia di luar angkasa (obyek atau gagasan), dan yang dapat dijelaskan oleh analisis komponen (Kridalaksana dalam Setiawan, 2005 : 21)

  1. Tindak Ilokusi

Lubis (dalam Setiawan, 2005 : 22) memberikan definisi lebih rinci dengan beberapa batasan mengenai tindak ilokusi yaitu pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji, pertanyaan, permintaan maaf dan sebagainya. Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan.

Subyakto-Nababan (Dalam Setiawan, 2005 : 22) menambahkan bahwa tindak ilokusi adalah tindak bahasa yang diidentifikasikan dengan kalimat pelaku yang eksplisif. Tindak ilokusi merupakan tekanan atau kekuatan kehendak orang lain yang terungkap dengan kata-kata kerja : menyuruh, memaksa, mendikte kepada dan sebaginya.

Bach dan Harnish (Dalam Setiawan, 2005 : 22-25) menyatakan bahwa dalam klasifikasi tindak ilokusi dapat dibagi menjadi 4 golongan besar yaitu :

        1. Konstantif

Merupakan ekspresi kepercayaan yang dibarengi dengan ekspresi maksud sehingga mitra tutur membentuk (memegang) kepercayaan yang serupa. Konstantif dibagi menjadi beberapa tipe, yakni : (a) asertif (menyatakan), (b) prediktif (meramalkan), (c) retroaktif (memperhatikan), (d) deskriptif (menilai), (e) askriptif (mengajukan), (f) informative (melaporkan), (g) konfirmatif (membuktikan), (h) konsesif (mengakui, menyetujui), (i) retraktif (membantah), (j) asentif (menerima), (k) disentif (membedakan), (l) disputative (menolak), (m) responsive (menanggapi), (n) sugestif (menerka), (o) supposif (mengasumsikan).

        1. Direktif

Direktif mengekspresikan sikap penutur terhadap tindakan yang akan dilakukan terhadap mira tutur. Direktif dapat dibagi menjadi 6 tipe yaitu (a) requestif : meminta, (b) question ; bertanya, (c) requitment : mengistruksikan, (d) probibitives : melarang, (e) promissives : menyetujui, (f) advisories : menasehati.

        1. Komisif

Komisif merupakan tindak mewajibkan seseorang atau menolak mewajibkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang dispesifikasi dalam isi proposisinya, yang bisa juga menspesifikasikan kondisi-kondisi tempat, isi itu dilakukan atau tidak harus dilakukan.

Komisif dibagi menjadi 8 yaitu : (a) promises : menjanjikan, (b) contract : membuat janji bersyarat, (c) bet : berjanji melakukan sesuatu, (d) swearthat : berjanji bahwa yang dikatakannya adalah benar, (e) surrender : mengaku salah, (f) invite : permohonan kehadiran dengan janji, (g) offer : menawarkan, (h) volunteer : menawarkan pengabdian.

        1. Acknowledgment

Acknowledgment mengekspresikan perasaan tertentu kepada mitra tutur baik yang berupa rutinitas atau yang murni. Acknowledgment dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yakni (a) apologize : permintaan maaf, (b) condole : ucapan ikut berduka, (c) bid : harapan, (d) greet :mengucapkan, (f) accept : penerimaan, (g) reject : menolak, (h) congratulate : mengucapkan selamat.

  1. Tindak Perlokusi

Menurut Wijana (dalam Setiawan, 2005 : 25) tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengaturannya dimaksud untuk mempengaruhi lawan tutur.

Subyakto-Nababan (dalam Setiawan, 2005 : 25) memberian definisi mengenai tindak perlokusi, yaitu tindak bahasa yang dilkakukan sebagai akibat atau efek dari suatu ucapan orang lain.

Tindak lokusi dan ilokusi juga dapat masuk dalam kategori tindak perlokusi bila memiliki daya ilokusi yang kuat yaitu mampu menimbulkan efek tertentu bagi mitra tutur.

Verba tindak ujar yang membentuk tindak perlokusi, diantaranya dapat dipisahkan dalam tiga bagian besar, yakni :

  1. Mendorong mitra tutur mempelajari bahwa : meyakinkan, menipu, memperdayakan, membohongi, menganjurkan, membesarkan hati, menjengkelkan, mengganggu, mendongkolkan, menakuti, memikat, menawan, menggelikan hati.

  2. membuat mitra tutur melakukan, mengilhami, mempengaruhi, mencamkan, mengalihkan, mengganggu, membingungkan.

  3. membuat mitra tutur memikirkan tentang : mengurangi ketegangan, memalukan, mempersukar, menarik, perhatian, menjemukan, membosankan. (dalam Setiawan, 2005 : 25-26)




B. Analisis Tindak Tutur dalam Dialog Film Berbagi Suami Karya Nia Dinata.

Dalam film Berbagi Suami karya Nia Dinata ini diperoleh beberapa dialog yang menunjukkan adanya peristiwa tindak tutur yang beberapa diantaranya diuraikan sebagai berikut :

1. Lokusi

a. Naratif

data :

- “Entar kalau Nadine cari istri mau cari seperti Ummi ah…!” (10:30 / cd1)


Dalam dialog yang diucapkan oleh Nadine tersebut terdapat unsur niatan untuk menyampaikan maksud bahwa jika Nadine ingin mencari seorang istri, maka istri yang ingin dicari Nadine adalah perempuan yang seperti Ummi-nya. Jadi pada dialog tersebut Nadine berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya mengenai perempuan yang ingin dijadikan istri yakni yang seperti Umminya.

Selain data tersebut juga dapat dilihat pada data berikut ini :


- “Alhamdulilah, Allah masih melindungi saya” (13:25 / cd2)


Pada data diatas, dialog yang diucapkan tersebut sebenarnya dapat menjawab pertanyaan “Apa yang telah terjadi” yakni masih dilindungi oleh Allah.

b. Deskriptif

data :

- “Akhirnya, cita-cita Abah kesampaian Ummi, ngumpul semua istrinya” (25:57 / cd1)


Dialog yang diucapkan Nadine tersebut berusaha untuk menyampaikan kepada Umminya sebagai pendengar bahwa cita-cita Abahnya telah kesampaian, yakni untuk berkumpul bersama semua istri-istrinya.

c. Informatif

data :

- “Nanti kalau ada Dollarnya dibagi-bagi jangan disimpan sendiri. Ati-ati Mas !”. (06:22 / cd2)


Data tersebut diatas memiliki maksud untuk menyampaikan informasi berupa pesan bahwa jika mendapat uang dollar jangan disimpan sendiri.

2. Ilokusi

a. Konstantif

data :

- “Apa kurangnya Salma ?”

- “Nggak ada yang kurang, Abang hanya menghindari Zina” (7:03 / cd1)


Data diatas termasuk tindak tutur jenis ilokusi konstantif yang sifatnya retraktif, yakni menolak bahwa ada yang kurang pada diri Salma.

b. Direktif

data :

- “Kalau kamu mau berubah pikiran, datang ke alamat ini untuk casting!” ( 42:35 / cd2)


Data diatas termasuk jenis tindak tutur ilokusi direktif karena si penutur berusaha untuk mengarahkan si pendengar untuk melakukan seperti apa yang diucapkan oleh si penutur sekalipun sifatnya hanya tawaran dan belum tentu dilakukan oleh si pendengar.

c. Komisif

data :

- “Maaf Bu, cuma bisa berdua!”

- “Berdua, ayo Mi !” (24:30 / cd1)


Data tersebut diatas mengungkapkan sebuah contract yaitu sebuah janji bersyarat. Dalam dialog tersebut disyaratkan bahwa yang bisa masuk kedalam ruangan hanya dua orang.

e. Acknowledgment

data :

- “Jalannya agak jauh nggak papa ya Ti ?”

- “Nggak papa” (42:37 / cd1)


Termasuk dalam tindak tutur ilokusi jenis acknowledgment karena si penutur mengekspresikan perasaan apologize atau permintaan maaf berkaitan dengan suatu keadaan tertentu yakni jalan yang jaraknya agak jauh.

3. Perlokusi

Data :

- “Sal, pager loe tuh !” (19:56 /cd1)

(Salma mengambil pagernya)


Ketika si penutur mengucapkan dialog tersebut, maka si pendengar langsung mengambil pagernya, hal ini karena apa yang disampaikan si penutur mampu mempengaruhi si pendengar untuk melakukan sesuatu, dan ini termasuk dalam konsep perlokusi.


- “Kopi enak nih jam segini” (16:28 / cd2)

(Santi langsung membuatkan kopi untuk Pa’ Le’)


Data diatas juga menunjukkan sebuah perlokusi dimana ketika si penutur mengucapkan dialog tersebut, maka si pendengar memahami makna tersirat yang ingin disampaikan yakni untuk membuatkan kopi, sehingga otomatis kalimat dari si penutur mempengaruhi si pendengar untuk melakukan sesuatu yakni membuat kopi.



- “Mas cepetan, bayinya udah mau keluar” (54:16 / cd1)

(Pak Le’ menolong istri yang melahirkan , meninggalkan aktivitas malam pertamanya)


Data dialog diatas juga termasuk dalam tindak tutur jenis perlokusi karena dialog tersebut mampu membuat mitra tutur menghentikan aktivitasnya dan melakukan apa yang disampaikan oleh si penutur sebagai bentuk dari tanggapan atas apa yang diucapkan oleh si penutur.

C. Penutup

Dari hasil analisa diatas maka dapat diketahui dan ditarik kesimpulan bahwa dalam dialog film Berbagi Suami karya Nia Dinata ini terdapat banyak peristiwa tindak tutur di dalamnya yang berupa tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi.

Tindak tutur llokusi dalam dialog film Berbagi suami ini terbagi atas beberapa jenis yakni Naratif, Deskriptif, dan Informatif. Sedangkan pada tindak tutur Ilokusi ditemui juga adanya beberapa jenis ilokusi yakni konstantif, komisif,direktif, dan acknowledgment.
















DAFTAR RUJUKAN


Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Setiawan, Soni. 2005 : Tindak tutur dan pilihan kata dalam Bahasa Humor Rubrik Komedi Misteri pada Majalah Wahana Mistis Edisi Oktober-Desember 2004. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : JBSI FBS UNESA.

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Pengajaran Pragmatik. Bandung : Angkasa.

























LAMPIRAN I


TRANSKRIP DATA ANALISIS TINDAK TUTUR

PADA FILM BERBAGI SUAMI KARYA NIA DINATA


  1. Lokusi

    • “Selamat buat Ibu Indri” (menit ke 2:47 / cd1)

    • “Saya mah pengennya anak lelaki” (4:47 / cd1)

    • “Lebih baik Salma nggak tau sama sekali” ( 8:03 / cd1)

    • “Entar kalau Nadine cari istri maunya seperti Mami ah…” ( 10:30 / cd1)

    • “Makan dong Bang, udah lama kita nggak makan bebek Koh Abun” (15 :50 / cd1)

    • “Jangan sampailah agama itu dijadikan pembenaran” (18:20 / cd1)

    • “Akhirnya, cita-cita Abah kesampaian Ummi, ngumpul sama semua istrinya” (25:57 / cd1)

    • “Nadine, nanti kalau nikah istri satu saja” (35:26 / cd1)

    • “Pagi bu, ngapain pagi-pagi gini sendirian ?” (42:20 / cd1)

    • “Nanti kalau ada dolarnya dibagi-bagi jangan disimpan sendiri, ati-ati Mas!” (06:22 / cd2)

    • “Aku pergi dulu yaa..! kalian yang rukun di sini !” (12:23 / cd2)

    • “Alhamdulillah, Allah masih melindungi saya” (13:25)

    • “Pokoknya kalau Ming kawin sama Koh Abun, Ming minta apa aja boleh” (28:30 / cd2)

    • “Selamat ya aku ikut bangga” (38:34 / cd2)

    • “Emangnya kalau nolong orang harus bilang-bilang ?” (44:25 / cd2)

    • “Sebenarnya aku nggak pingin lagi kerja di restoran” (44:50 / cd2)

    • “Semoga bahagia di tempat baru ya Ming !” (58:20 / cd2)


  1. Ilokusi

    1. “Apa kurangnya Salma ?”

“Nggak ada yang kurang, Abang hanya menghindari Zina” (7:30 / cd1)


    1. “Enakan makan di sana ya bang !”

“Malas aku makan di sana” (16:07/ cd1)

    1. “He, Salma kemana kamu ?”

(Salma pergi dengan acuh). (16:67 / cd1)

    1. “Jangan kelamaan ngambek !”

“Aku nggak ngambek” (21:39 / cd1)

    1. “Maaf Bu, cuma bisa berdua!”

“Berdua, ayo Mi !” (24:30 / cd1)

    1. “Sediakan notebook sama pensil !”

“ Sudah kok Dok, kalau ada apa-apa ditulis” (26:50 / cd1)

    1. “Pipis…pipis…”

“Pipis ke kamar mandi” (36:15 / cd1)

    1. “Jalannya agak jauh nggak papa ya Ti ?”

“Nggak papa” (42:37 / cd1)

    1. “Aku nggak ngerti urusan cinta”

“Nanti lama-lama juga ngerti cinta” (42:37 / cd1)

    1. “Uang buat apa Ti ?”

“Buat nambahin biaya Mbak Sri ke Dokter” (08:30 / cd2)

    1. “Sudah menengoki Mbak Sri belum ?”

“Udah, mereka tidur kecapekan” (11.30 / cd2)

    1. “Pi, ntar habis dari pasar kita mampir ke took Handphone!”

“Ngapain ?”

“Ya beli Handphone” (24:40 / cd2)

    1. “Bun, kau tahu hampir seluruh pelanggan laki-laki kayaknya cuma kamu aja yang nggak terpengaruh”

“Aku sudah nganggap seperti anak sendiri” (31:41 / cd2)

    1. “Aku bahagia sama Koh Abun, dia sangat perhatian aku banget” (41:56 / cd2)

    2. “Kalau kamu mau berubah pikiran, datang ke alamat ini untuk casting !” (42:35 / cd2)

    3. “Masak orang nyumbang banyak disalah gunain ?”

“Banyak yang gitu sekarang” (43:35 / cd2)

    1. “Masih berani lihatin istri orang seperti itu ?”

“Emangnya nggak boleh ?” (52:00 / cd2)


  1. Perlokusi

    1. “Satu…satu…nol…satu ! Silakan! “

(Indri maju ke depan ) (2:28 / cd1)

    1. “Sal, pager loe tuh !” (19:56 /cd1)

(Salma mengambil pagernya)

    1. “Masuk…masuk…! (43:30 / cd1)

(Pak Le’ menyuruh Siti masuk)

    1. “Mas cepetan, bayi udah mau keluar” (54:16 / cd1)

(Pak Le’ menolong istri yang melahirkan , meninggalkan aktivitas malam pertamanya)

    1. “Tolong kipas anginnya nyalain ke aku, aku mau tiduran dulu” (07:56 / cd2)

(Siti menyalakan kipas angin)

    1. “Ajak Santi ke kamar dulu Ti!” (11:55 / cd2)

(Siti mengajak Santi tidur)

    1. “Kopi enak nih jam segini” (16:28 / cd2)

(Siti langsung membuatkan Pak Le’ kopi)

    1. “Santi sini, ngobrol sama kita” (17:08 / cd2)

(Santi datang)

    1. “Cepet Ti…!” (17:08 / cd2)

(Santi cepat memasukkan task e dalam mobil)

    1. “Itu bel…bel… bakmi pesenan” (36:50 / cd2)

(Ming pergi keluar membukakan pintu)


1 komentar:

Anonim mengatakan...

ALHAMDULILLAH ADA SEBUAH ARTICLE YANG MENGANALISA TINDAK TUTUR DALAM FILM, PALING TIDAK INI JUGA MENJADI REFERENSI BAGI SAYA, KARENA PADA SAAT INI SAYA SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI SAYA YANG MEMILIKI CONTENT YANG SAMA NAMUN BERBEDA SUBJECT AND OBJET PENELITIANYA SKRIPSI SAYA BERJUDUL "SPEECH ACT USED BY OPTIMUS PRIME IN TRANSFORMER,THE MOVIE" NAMUN TEORI YANG SAYA GUNAKAN ADALAH TEORINYA LEVINSON DAN SEARLE. NAMUN DALAM METODE ANALISA SAYA BISA MENCONTOH LANGKAH-LANGKAHNYA TRIMA KASIH. AKU JADI COMMENT YANG PERTAMA NIH ! PUTRABINPAPAT.BLOGSPOT.COM